SUGENG RAWUH TENG BLOG "TJAH NDUESO COMMUNITY"

ANDAI SAJA GUNUNG SLAMET TERKANDUNG EMAS



Sedulur...
Ketika kutulis serat ini,
Terbersit dan berandai-andai apa yang akan terjadi jikalau didalam gunung slamet terkandung bijih logam mulia.
Apa yang akan terjadi ???

Ketika kunyalakan tipi melihat berita.
Semua orang sedang ramai membicarakan kacau balaunya negri hitam papua.
Padahal...
Sebelum diketahui bahwa negri hitam itu terkandung bijih logam mulia,
Yang mempunyai kandungan emas terbaik di dunia.
Dan tak akan habis jika di tambang berpuluh-puluh tahun yang akan datang.

Tapi apa yang akan terjadi...
Berbondong-bondong negri adikuasa ingin menguasai negri hitam ini,
Mereka mengeruk kekayaan alamnya dengan monster-monster mesin penyedot perut bumi.
Meninggalkan kawah-kawah besar bekas pertambangan.
Mengalirkan limbah-limbah kimianya ke aliran sungainya yang jernih.

Kemudian...
Rakyat negri hitam mulai termarjinalkan.
Mereka tidak bisa lagi berburu di alamnya seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Mereka tidak bisa lagi minum air sungainya yang dulu segarnya seperti air mineral kemasan.
Kini mereka hanya menjadi budak para negri adikuasa.
Yang memperkerjakan mereka sebagai kuli panggul sisa-sisa hasil pertambangan.

Tengok juga kisah negri timah belitung
Dengan hasil timahnya yang terbaik di dunia.
Tapi, apa yang terjadi ???
Nasib negri timah itu juga tak jauh berbeda dengan negri hitam papua.

Dari kisah 2 negri itu, mulai ku tersadar dalam lamunan panjang ini.
Terbuka mata batinku,
Biarlah gunung slamet dan gunung-gunung lainnya di negri ini menjadi gunung biasa.
Sehingga alam kami tetap lestari dan bisa merasakan hasil alamnya.
Biarlah gunung-gunung kami mempunyai fungsi sebagai pusarnya bumi.
Juga sebagai monumen kebesaran Tuhan yang sewaktu-waktu bisa kami kunjungi ketika kami merasa sombong dan merasa dirinya paling hebat dibumi ini.

Terakhir,..
Apa yang didapat dari kisah negri Air mata yang sangat kaya dengan kekayaan alamnya,
Selain kami (rakyatnya) yang semakin susah untuk bisa bertahan hidup.
Padepokan Gunglewanglewung, 9 Suro 1945 (9 Muharam 1433 H)

0 komentar: