BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang di asia tenggara. Masih banyak anak-anak baik di kota maupun suku pedalaman yang belum mengenal pendidikan. Pola hidup mereka sangat terbelakang dan berpikir pendidikan itu tidak penting, yang terpenting menurut mereka adalah bisa bekerja dan bisa membantu keluarganya.
Dan salah satu dampak pendidikan di Indonesia ini adalah karena perekonomian di negara kita. Semakin perekonomian itu baik maka pendidikan di suatu negara itu akan baik pula. Rata-rata pendidikan di Indonesia itu masih di bilang sangat mahal, jadi hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Secara umum pendidikan merupakan salah satu dari berbagai investasi manusia yang sangat memberi andil dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan maka seorang individu akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga menjadi manusia yang memiliki sumber daya yang berkualitas sesuai harapan. Dengan kualitas sumber daya manusia yang baik diharapkan manusia dapat membuka cakrawala berpikir, memperluas wawasan serta menguasai pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang nantinya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam memajukan pembangunan nasional.
Dalam mengoptimalkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi maka faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kelanjutan pendidikan. Harus diakui bahwa banyak anak yang mengalami putus sekolah karena disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak mencukupi.
Di tengah krisis ekonomi yang seperti sekarang ini, beban orangtua menjadi sangat besar sehingga kebutuhan keluarga terkadang sulit terpenuhi. Di samping itu, beban yang banyak dirasakan oleh setiap orangtua adalah tingginya biaya pendidikan. Setiap tahun biaya pendidikan semakin meningkat, sehingga orangtua terutama orangtua yang berpenghasilan rendah/merasa terbebani. Kondisi seperti ini akan berpengaruh bagi kelangsungan masa depan anak, sementara di sisi lain, anak dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan.
Sementara itu, hal yang sangat memberatkan pada orangtua yang berpenghasilan rendah adalah tingginya biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua dalam hal ini merupakan kendala yang sangat besar. Oleh karena itu, kendala ekonomi keluarga ini akan menjadi pusat perhatian yang cukup serius baik oleh orangtua sendiri terutama oleh pemerintah yang selama ini telah menghapuskan sumbangan biaya pendidikan (SPP), namun pada sisi lain para murid yang kurang mampu biaya pendidikan sama dengan orangtua yang ekonominya cukup memadai. Biaya pendidikan yang dimaksudkan dikelolah oleh Komite Sekolah yang juga merupakan wakil dari orangtua, namun sesungguhnya tidak mencerminkan sebagai wakil orangtua terutama dirasakan oleh yang orangtuanya berpenghasilan rendah. Untuk memecahkan persoalan ini penulis akan membahas lebih dalam tentang ekonomi keluarga ini berpengaruh terhadap kelanjutan pendidikan anak di sekolah dasar, sementara pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap keluarga untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rumah tangga.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi ekonomi dan pendidikan
2. Mengapa ekonomi dapat mempengaruhi pendidikan
3. Dampak rendahnya pendidikan
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Dampak Ekonomi Terhadap Pendidikan” adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu pengertian ekonomi dan pendidikan
2. Mengetahui apa yang menjadi masalah krisis ekonomi di Indonesia
3. Mengetahui dampak dari ekonomi
4. Memberi pengetahuan baru kepada masyarakat umum apa itu ekonomi terhadap pendidikan dan dampak apa saja yang bisa ditimbulkan.
5. Sebagai acuan agar kita bisa lebih maju dan berkembang
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusuan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas. Sehubungan dengan masalah tersebut, kami penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yang pertama browsing di internet, kedua dengan membaca media cetak dan pengetahuan dari kami penulis yang kami miliki.
E. Sistematika Penulisan
Makalah “Dampak Ekonomi Terhadap Pendidikan” di susun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari definisi ekonomi dan pendidikan, apa masalah ekonomi dan dampak ekonomi itu sendiri terhadap pendidikan.
Bab III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan solusi terhadap masalah ekonomi di Indonesia agar bisa meningkatkan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ekonomi dan Pendidikan
Ilmu Ekonomi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dengan menentukan pilihan-pilihan sumber daya yang langka untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
B. Dampak Krisis Ekonomi di Indonesia Terhadap Biaya Anggaran Pendidikan
Belahan negara manapun termasuk Indonesia kena tamparan keras dan telak krisis keuangan global yang diakibatkan oleh krisis keuangan Amerika Serikat sehingga kondisi demikian menyebabkan keuangan dalam negeri pertiwi ini menjadi labil atau mengalami defisit anggaran. Kondisinya cukup keruh dan sangat mengkhawatirkan. Ketika kondisinya menjadi sedemikian, ini pun membuat masyarakat menjadi harap-harap cemas, apakah krisis keuangan sebagaimana tahun 1997 lalu akan terulang kembali, apakah pemerintah bisa mengatasi hal tersebut sesegera mungkin.
Dalam konteks demikian, pemeritah meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak panik menghadapi kenyataan krisis tersebut sebab akan segera dipulihkan. Namun terlepas krisis tersebut akan segera selesai atau terus berlanjut beberapa waktu ke depan, ada satu persoalan cukup mendasar yang bisa diamati lebih serius akibat dampak krisis global tersebut. Tanggal 16 Agustus 2008 lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menetapkan alokasi anggaran pendidikan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2009 sebesar 20%. Bila dinominalkan sekitar Rp. 224 triliun.
Para pengamat ekonomi justru agak pesimis, pemerintah akan mampu merealisasikan anggaran 20% sedemikian sebab keuangan negara berada dalam ancaman resiko sangat tinggi. Sebab anggaran negara bisa jebol atau akan membengkak sangat besar ketika harus dipaksakan untuk sesuai target 20%. Akan tetapi, optimisme untuk tetap sesuai dengan persentase 20% juga meninggi bila mencermati harga minyak dunia yang juga turun tajam, mencapai US$ 65/barel. Sehingga posisi demikian terkadang pula melahirkan pertimbangan-pertimbangan cukup dilematis antara “bisa” atau “tidak bisa” untuk sampai target 20%.
SBY menyampaikan bahwa harga minyak dunia mengalami naik turun sehingga sangat sulit untuk memprediksi harga minyak dunia saat ini akan tetap pada posisi stabil atau tidak ke depannya. Mencermati krisis tersebut yang cukup membahayakan keuangan negara, maka pemerintah jangan sampai mengambil kebijakan yang bersifat jangka pendek (short-term) dengan satu tujuan supaya dunia pendidikan bisa ditingkatkan persentase anggarannya.
Salah mengambil kebijakan, maka ongkos yang harus dibayar pun sangat besar. Sehingga diakui maupun tidak, pertimbangan mengambil langkah-langkah penanggulangan dan penyelamatan keuangan negara harus didasarkan pada kepentingan jangka panjang (long-term). Tidak menjadi persoalan ketika pemerintah di bawah kendali SBY melanggar janji politiknya untuk harus sesuai target anggaran pendidikan 20% selama menggunakan pertimbangan rasional.
resiko besarnya adalah citra politik pemerintah harus anjlok di depan masyarakat di negeri ini dari Sabang sampai Merauke. Sehingga para guru atau sejumlah elemen masyarakat yang sangat gembira atas rencana dinaikkannya anggaran pendidikan 20% menjadi kecewa dan gigi jari. Mereka pun akan menstempel pemerintah sebagai penyelenggara negara yang tidak konsisten. Akan tetapi itu adalah pilihan politik yang harus diambil apabila pilihan-pilihan lainnya tidak ada.
Ketika pemerintahan SBY gagal mewujudkan anggaran pendidikan 20%, maka itu harus diterima secara terbuka. Ini ibarat buah simalakama yang harus ditelan kendatipun tidak enak rasanya. Bukan berarti pula, SBY tidak memiliki kehendak dan kemauan politik sangat tinggi supaya anggaran pendidikan memiliki persentase sangat besar. Hal tersebut terjadi karena pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih mendesak bagi penyelamatan bangsa dan negara ini.
C. Dampak yang Ditimbulkan oleh Rendahnya Ekonomi Keluarga.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pendidikan sebagai hak asasi individu anak bangsa telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 10 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang. Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa baik orangtua, masyarakat, maupun pemerintah bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan (UU RI No. 2 tahun 2003:37).
Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu. Dampak lain yang dibutuhkan oleh rendahnya ekonomi keluarga adalah anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini akan ikut mengganggu aktivitas belajar anak (Slameto, 1991:66).
Kemapanan ekonomi ini sangat membantu siswa untuk melengkapi sarana dan prasarana belajarnya sehingga proses belajarnya dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu, persoalan ekonomi juga dapat membantu sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar mengajar di sekolah melalui BP-3 maupun SPP siswa.
Persoalan ekonomi merupakan salah satu persoalan sangat penting dalam proses pendidikan formal. Oleh karena itu, bilamana ekonomi seseorang mengalami kesuraman niscaya proses pendidikannya akan terhambat. Bahkan mungkin terjadi proses pendidikannya akan terhenti disebabkan ketidakmampuan ekonomi keluarga membiayai pendidikannya. Sementara biaya pendidikan dewasa ini, kian hari kian meningkat seiring dengan semakin meningkatnya berbagai kebutuhan, termasuk kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, ditambah semakin meningkatnya biaya kebtuhan pokok sehari-hari. Di sisi lain, daya beli masyarakat menjadi tidak terjangkau atau semakin menurun.
Oleh karena itu tidak diragukan bahwa betatapun sulitnya perekonomian, masalah pendidikan bagi anak tetap mendapatkan perhatian dari masing-masing orangtua. Karena mayoritas orangtua murid termasuk orang-orang yang tahu dan mengerti tentang pendidikan, terutama pendidikan terhadap anak. Oleh karena itu mereka di samping bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, juga dituntut menyediakan biaya terhadap pendidikan anak-anaknya. Walaupun diantara mereka terdapat keluarga yang berekonomi pas-pasan (rendah). Dukungan orangtua terhadap anaknya untuk melanjutkan pendidikan seperti yang tampak pada sekolah dasar Perumnas Antang. Di sekolah dasar Perumnas Antang ternyata muridnya ada yang memiliki latar belakang keluarga yang berekonomi lemah, seperti orangtuanya bekerja buruh bangunan dan tukang becak. Pekerjaan tersebut tidak berarti tidak memperoleh penghasilan, namun hasil yang diperoleh tidak memenuhi keperluan hidup rumah tangga mereka, akibatnya pendidikan anak-anak mereka terbengkalai dan bahkan ada yang berhenti. Hal ini terjadi disebabkan oleh semakin tingginya biaya pendidikan dewasa ini, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pada Peguruan Tinggi.
Pendapatan orangtua mereka memang tidak sama perkapitanya, akan tetapi rata-rata penghasilan orangtua mereka minimum Rp. 300.000,-/bulan, bahkan ada yang lebih rendah. Dengan demikian, rata-rata penghasilan orangtua mereka dalam setiap bulannya dapat dikatakan sebagai penghasilan yang sangat sederhana namun ada pula penghasilan orang tua yang sangat rendah sehingga mereka tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rendahnya ekonomi keluarga berdampak pada pemenuhan perlengkapan belajar siswa, misalnya pembelian buku paket, dan kelengkapan lainnya baik di sekolah maupu di lingkungan keluarga siswa. Di samping itu, rendahnya ekonomi keluarga dapat pula berdampak pada kelanjutan pendidikan anak bahkan ada yang sampai putus sekolah dan menjadi anak jalanan. Dedi Supriadi (2004:13) mengemukakan bahwa biaya pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
D. Peranan Ekonomi Keluarga dalam Relevansinya dengan Pendidikan
Upaya perluasan dan persebaran kesempatan bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan dasar menempati prioritas tertinggi dalam perkembangan pendidikan nasional. Hal ini sangat beralasan sebab Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara telah mengamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pengajaran, pemerintah berupaya untuk memperluas kesempatan pendidikan, baik pendidikan dasar, kejuruan, profesional, melalui jalur sekolah dan jalur luar sekolah (Nanang Fattah, 2002:89). Dipandang dari segi ekonomi dan sosial, maka sistem pendidikan suatu negara adalah alat yang penting untuk melestarikan norma dan meningkatkan keterampilan masyarakat secara berkelanjutan dan mepersiapkan masyarakat tadi bagi kebutuhan pembagunan yang sedang berlangsung (Jusuf Enoch, 1991:167).
Dalam setiap langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada suatu upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan. Dalam upaya mengatasi problem ekonomi, orang harus melakukan pendekatan yang realistis terhadap kehidupan manusia di muka bumi ini. Benar bahwa seseorang mempunyai berbagai kebutuhan ekonomi selama masa hidupnya. Maka tidak perlu membesar-besarkan bahwa hal itu sebagai problem besar dalam kehidupan. Seseorang tidak harus hidup senang sendirian. Oleh karena itu merupakan kesalahan besar baginya dan tidak sesuai kehidupan kita, nilai etik dan moral kita, kebudayaan dan masyarakat, serta landasan ekonomi kita. Namun problema kehidupan yang sulit untuk disembunyikan adalah pendanaan pendidikan. Kebutuhan hidup berupa barang-barang elektronik mungkin saja tertahan untuk dihadirkan di dalam rumah tangga, tetapi biaya pendidikan bagi anak merupakan problema yang sulit disembunyikan. Lanjut tidaknya sang anak dalam menempuh pendidikan baik di sekolah dasar maupun pada jenjang tingkat yang lebih tinggi ditentukan oleh kemampuan ekonomi orangtua. Karena itu, dapat dipastikan bahwa kondisi ekonomi keluarga sangat terkait dan bahkan tidak terpisahkan bagi proses pendidikan anak. Slameto (1991:65) menuturkan bahwa “Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak”.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar berupa ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai ekonomi yang cukup, tetapi jika keadaan ekonomi keluarga memperihatinkan maka anak akan merasa tersisihkan atau terisolasi oleh teman-temamnya yang berekonomi cukup atau kaya, sehingga belajar anak akan terganggu. Bahkan mungkin karena kondisi ekonomi orangtuanya berada di bawah standar rata-rata, maka anakpun tidak akan memperhatikan kondisi belajarnya sebab ia akan ikut bekerja dan mencari nafkah sebagai pembantu orangtuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja hal ini akan juga menggangu belajar anak. Namun tidak dapat disangkal pula bahwa kemungkinan adanya anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, tetapi justru keadaan yang begitu mereka menjadikannya cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya, terkadang pula keluarga yang kaya raya orangtua mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoyah-foyah akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut dapat pula menggangu belajar anak bahkan dapat pula menyebabkan anak gagal dalam pendidikan disebabkan kurang perhatiannya orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya.
Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan dan ekonomi keluarga sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Cita-cita masa depan seseorang tidak akan tercapai tanpa pendidikan, sedangkan pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dana, sedang dana sangat sulit tercapai tanpa pendidikan. Dengan demikian, antara pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga merupaka suatu lingkaran yang tak berujung serta tak terpisahkan dan saling berkait satu sama lain.
E. Pengaruh Faktor Ekonomi Keluarga Terhadap Pendidikan Anak Sekolah Dasar
Dalam rangka mencapai prestasi belajar anak khususnya di sekolah dasar sudah barang tentu harus ditunjang oleh berbagai sarana dan media belajar terutama dalam rumah tangga. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan belajar anak harus ditunjang oleh kecukupan dan kemantapan ekonomi keluarga. Ekonomi keluarga sangat termasuk salah satu faktor keberhasilan dan kegagalan pendidikan bagi anak.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:83) bahwa “Faktor biaya merupakan faktor faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya”. Misalnya untuk membeli alat-alat, uang sekolah dan biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu, karena keuangan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan anak sehari-hari. Lebih-lebih keluarga untuk dengan banyak anak, maka hal ini akan merasa lebih sulit lagi. Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, di mana tempat belajar itu merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif.
Pembentukan pribadi dan sebagainya. Upaya apapun yang dilakukan oleh para pengelola sekolah dalam rangka menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien jika tidak ditunjang oleh ekonomi keluarga pihak siswa (orangtua siswa), niscaya upaya itu akan sia-sia. Misalnya, lengkapnya media belajar dan sarana mengajar yang dimiliki oleh sebuah sekolah, akan tetapi sarana belajar siswa di rumah kurang memadai, maka mungkin hanya proses mengajar saja yang efektif dan efisien, tetapi proses belajar terutama belajar mandiri di rumah tidak seperti apa yang diharapkan. Paradigma ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi dapat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa baik di sekolah maupun di rumah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dampak dari krisis global dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sangat berdampak tidak baik terhadap pendidikan. Yaitu dengan semakin beratnya anggaran pendidikan pada per tanggal 16 agustus 2008 sebesar 20% atau bila di uangkan sebesar Rp. 224 triliun. Tapi dengan anggaran sebesar itu rakyat indonesia masih belum bisa menikmati biaya pendidikan tesebut. Dan siapa yang harus disalahkan, dan ujung-ujungnya rakyat indonesia yang harus menanggungnya dengan semakin mahalnya biaya pendidikan. Hanya beberapa persen saja rakyat indonesia yang tegolong mampu untuk membayar biaya pendidikan. Sedangkan yang lainnya tergolong perekonomian rendah yang tidak bisa merasakan pendidikan yang seharusnya itu di tanggung pemerintah.
Disini tugas pemerintah sangat berat, disamping perekonomian indonesia yang sedang dilanda krisis tetapi juga harus membasmi KKN yang membuat pendidikan di Indonesia tambah mahal. Tidak seperti negara lain yang pendidikan itu sangat di utamakan dan di gratiskan. karena dengan pendidikan akan membentuk calon-calon pemimpin bangsa.
B. Solusi Pendidikan Agar Lebih Maju
1. Dengan meningkatkan dan memperbanyak lapangan pekerjaan, karena dengan meningkatnya lapangan pekerjaan berarti secara tak langsung akan menguatkan ekonomi dalam keluarga. Dengan kuatnya perekonomian keluarga maka akan mempunyai daya beli, salah satunya bisa menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Tugas pemerintah adalah dengan banyak menarik investor asing masuk, dengan begitu akan semakin banyak devisa yang masuk dan bisa memperbaiki krisis ekonomi dan global yang terjadi. Dengan cara apa, yaitu dengan menciptakan suasana aman di dalam negeri dan membuat percaya agar para investor asing merasa aman dengan menanamkan sahamnya di indonesia.
3. Membasmi budaya KKN di indonesia, karena pendidikan yang seharusnya gratis tapi pendidikan bagai komoditas perdagangan. Karena dengan anggaran sebegitu besarnya seharusnya rakyat Indonesia seharusnya sudah bisa merasakan pendidikan. Bukan hanya orang kaya saja yang bisa merasakan bangku pendidikan.
4. Dan yang paling penting adalah memperkuat perekonomian di Indonesia. Karena dengan kuatnya perekonomian Indonesia maka akan semakin besar anggaran pendidikan yang akan dikeluarkan. Karena dengan pendidikan akan mencetak calon-calon pemimpin bangsa yang nantinya akan meneruskan perjuangan bangsa ini agar bisa bersaing dengan negara lain.
5. Upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga.
Masalah ekonomi merupakan suatu persoalan yang sangat kompleks dan senantiasa menjadi perbincangan di setiap kalangan masyarakat maupun pemerintah. Di satu pihak, ia merupakan suatu upaya yang berhasrat untuk secara langsung meningtkatkan kemakmuran ekonomi rakyat, tapi di pihak lain ia juga memiliki tanggungjawab untuk membangun sistem perekonomian sebagai bagian integral dan upaya peningkatan kemakmuran ekonomi rakyat tersebut. Ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor penentu berhasil tidaknya studi seseorang anak, karena persediaan sarana dan prasarana belajar dapat terpenuhi apabila tingkat perekonomian keluarga cukup memadai. Semakin tinggi taraf ekonomi keluarga seorang anak akan semakin mudah baginya melengkapi segala kebutuhan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah, terutama biaya pendidikan karena semakin tinggi pendidikan semakin yang ditempuh seseorang akan semain tinggi pula biaya yang dibutuhkan.
Berbagai cara yang ditempuh dalam rangka meningkatkan perekonomian keluarga. Antara lain adalah berusaha atau bekerja baik pekerjaannya itu dengan cara berniaga, pegawai swasta ataupun pegawai negeri. Namun yang terpenting adalah usaha yang dilakukan oleh setiap keluarga adalah penghasilan yang mereka peroleh dalam memenuhi kebutuhan pokok dan keperluan pembiayaan pendidikan anak mereka adalah penghasilan yang halal.
Pendanaan pendidikan, walaupun mendapat bantuan dari pemerintah tetapi hal itu jauh dari yang cukup sehingga untuk menjadikan anak sebagai manusia yang berkualitas maka pendidikannya harus dijamin dan didanai. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan baik tujuann yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, baik secara kolektif maupun individual biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Oleh karena itu, pembiayaan pendidikan ini di samping sebagian merupakan tanggungjawab negara, juga menjadi tanggugjawab pihak keluarga. Jadi, peningkatan taraf ekonomi keluarga dengan sendirinya harus diupayakan atau ditingkatkan sehingga keluarga mampu membiayai pendidikan anak (Anwar. M.I., 1991:24).
Usaha-usaha yang dilakukan dalam kerangka meningkatkan taraf perekonomian keluarga antara lain bekerja mencari nafkah, baik pekerjaan itu sebagai pekerja swasta ataupun negeri, berniaga dan sebagainya yang penting pekerjaan atau usaha yang dilakukan adalah halal.
C. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita bersama. Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
1. A.I. Anwar. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun X, 1991. 28-33.
2. Abu Ahmad, Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Pendidikan.
3. Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Edisi I, Cet. I. Bumi Aksara: Jakarta.
4. Fattah. Nanang. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Rosdakarya: Jakarta.
5. Suara Pembaruan, 11 November 2008
6. http://mohyamin.wordpress.com
7. http://stellar-mindsyst.blogspot.com
8. http://www.scribd.com
9. http://stellar-mindsyst.blogspot.com
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga saat ini tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang di asia tenggara. Masih banyak anak-anak baik di kota maupun suku pedalaman yang belum mengenal pendidikan. Pola hidup mereka sangat terbelakang dan berpikir pendidikan itu tidak penting, yang terpenting menurut mereka adalah bisa bekerja dan bisa membantu keluarganya.
Dan salah satu dampak pendidikan di Indonesia ini adalah karena perekonomian di negara kita. Semakin perekonomian itu baik maka pendidikan di suatu negara itu akan baik pula. Rata-rata pendidikan di Indonesia itu masih di bilang sangat mahal, jadi hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Secara umum pendidikan merupakan salah satu dari berbagai investasi manusia yang sangat memberi andil dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan maka seorang individu akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga menjadi manusia yang memiliki sumber daya yang berkualitas sesuai harapan. Dengan kualitas sumber daya manusia yang baik diharapkan manusia dapat membuka cakrawala berpikir, memperluas wawasan serta menguasai pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang nantinya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam memajukan pembangunan nasional.
Dalam mengoptimalkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi maka faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kelanjutan pendidikan. Harus diakui bahwa banyak anak yang mengalami putus sekolah karena disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak mencukupi.
Di tengah krisis ekonomi yang seperti sekarang ini, beban orangtua menjadi sangat besar sehingga kebutuhan keluarga terkadang sulit terpenuhi. Di samping itu, beban yang banyak dirasakan oleh setiap orangtua adalah tingginya biaya pendidikan. Setiap tahun biaya pendidikan semakin meningkat, sehingga orangtua terutama orangtua yang berpenghasilan rendah/merasa terbebani. Kondisi seperti ini akan berpengaruh bagi kelangsungan masa depan anak, sementara di sisi lain, anak dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan.
Sementara itu, hal yang sangat memberatkan pada orangtua yang berpenghasilan rendah adalah tingginya biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua dalam hal ini merupakan kendala yang sangat besar. Oleh karena itu, kendala ekonomi keluarga ini akan menjadi pusat perhatian yang cukup serius baik oleh orangtua sendiri terutama oleh pemerintah yang selama ini telah menghapuskan sumbangan biaya pendidikan (SPP), namun pada sisi lain para murid yang kurang mampu biaya pendidikan sama dengan orangtua yang ekonominya cukup memadai. Biaya pendidikan yang dimaksudkan dikelolah oleh Komite Sekolah yang juga merupakan wakil dari orangtua, namun sesungguhnya tidak mencerminkan sebagai wakil orangtua terutama dirasakan oleh yang orangtuanya berpenghasilan rendah. Untuk memecahkan persoalan ini penulis akan membahas lebih dalam tentang ekonomi keluarga ini berpengaruh terhadap kelanjutan pendidikan anak di sekolah dasar, sementara pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap keluarga untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rumah tangga.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi ekonomi dan pendidikan
2. Mengapa ekonomi dapat mempengaruhi pendidikan
3. Dampak rendahnya pendidikan
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Dampak Ekonomi Terhadap Pendidikan” adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu pengertian ekonomi dan pendidikan
2. Mengetahui apa yang menjadi masalah krisis ekonomi di Indonesia
3. Mengetahui dampak dari ekonomi
4. Memberi pengetahuan baru kepada masyarakat umum apa itu ekonomi terhadap pendidikan dan dampak apa saja yang bisa ditimbulkan.
5. Sebagai acuan agar kita bisa lebih maju dan berkembang
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusuan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas. Sehubungan dengan masalah tersebut, kami penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yang pertama browsing di internet, kedua dengan membaca media cetak dan pengetahuan dari kami penulis yang kami miliki.
E. Sistematika Penulisan
Makalah “Dampak Ekonomi Terhadap Pendidikan” di susun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari definisi ekonomi dan pendidikan, apa masalah ekonomi dan dampak ekonomi itu sendiri terhadap pendidikan.
Bab III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan solusi terhadap masalah ekonomi di Indonesia agar bisa meningkatkan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ekonomi dan Pendidikan
Ilmu Ekonomi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dengan menentukan pilihan-pilihan sumber daya yang langka untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
B. Dampak Krisis Ekonomi di Indonesia Terhadap Biaya Anggaran Pendidikan
Belahan negara manapun termasuk Indonesia kena tamparan keras dan telak krisis keuangan global yang diakibatkan oleh krisis keuangan Amerika Serikat sehingga kondisi demikian menyebabkan keuangan dalam negeri pertiwi ini menjadi labil atau mengalami defisit anggaran. Kondisinya cukup keruh dan sangat mengkhawatirkan. Ketika kondisinya menjadi sedemikian, ini pun membuat masyarakat menjadi harap-harap cemas, apakah krisis keuangan sebagaimana tahun 1997 lalu akan terulang kembali, apakah pemerintah bisa mengatasi hal tersebut sesegera mungkin.
Dalam konteks demikian, pemeritah meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak panik menghadapi kenyataan krisis tersebut sebab akan segera dipulihkan. Namun terlepas krisis tersebut akan segera selesai atau terus berlanjut beberapa waktu ke depan, ada satu persoalan cukup mendasar yang bisa diamati lebih serius akibat dampak krisis global tersebut. Tanggal 16 Agustus 2008 lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menetapkan alokasi anggaran pendidikan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2009 sebesar 20%. Bila dinominalkan sekitar Rp. 224 triliun.
Para pengamat ekonomi justru agak pesimis, pemerintah akan mampu merealisasikan anggaran 20% sedemikian sebab keuangan negara berada dalam ancaman resiko sangat tinggi. Sebab anggaran negara bisa jebol atau akan membengkak sangat besar ketika harus dipaksakan untuk sesuai target 20%. Akan tetapi, optimisme untuk tetap sesuai dengan persentase 20% juga meninggi bila mencermati harga minyak dunia yang juga turun tajam, mencapai US$ 65/barel. Sehingga posisi demikian terkadang pula melahirkan pertimbangan-pertimbangan cukup dilematis antara “bisa” atau “tidak bisa” untuk sampai target 20%.
SBY menyampaikan bahwa harga minyak dunia mengalami naik turun sehingga sangat sulit untuk memprediksi harga minyak dunia saat ini akan tetap pada posisi stabil atau tidak ke depannya. Mencermati krisis tersebut yang cukup membahayakan keuangan negara, maka pemerintah jangan sampai mengambil kebijakan yang bersifat jangka pendek (short-term) dengan satu tujuan supaya dunia pendidikan bisa ditingkatkan persentase anggarannya.
Salah mengambil kebijakan, maka ongkos yang harus dibayar pun sangat besar. Sehingga diakui maupun tidak, pertimbangan mengambil langkah-langkah penanggulangan dan penyelamatan keuangan negara harus didasarkan pada kepentingan jangka panjang (long-term). Tidak menjadi persoalan ketika pemerintah di bawah kendali SBY melanggar janji politiknya untuk harus sesuai target anggaran pendidikan 20% selama menggunakan pertimbangan rasional.
resiko besarnya adalah citra politik pemerintah harus anjlok di depan masyarakat di negeri ini dari Sabang sampai Merauke. Sehingga para guru atau sejumlah elemen masyarakat yang sangat gembira atas rencana dinaikkannya anggaran pendidikan 20% menjadi kecewa dan gigi jari. Mereka pun akan menstempel pemerintah sebagai penyelenggara negara yang tidak konsisten. Akan tetapi itu adalah pilihan politik yang harus diambil apabila pilihan-pilihan lainnya tidak ada.
Ketika pemerintahan SBY gagal mewujudkan anggaran pendidikan 20%, maka itu harus diterima secara terbuka. Ini ibarat buah simalakama yang harus ditelan kendatipun tidak enak rasanya. Bukan berarti pula, SBY tidak memiliki kehendak dan kemauan politik sangat tinggi supaya anggaran pendidikan memiliki persentase sangat besar. Hal tersebut terjadi karena pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih mendesak bagi penyelamatan bangsa dan negara ini.
C. Dampak yang Ditimbulkan oleh Rendahnya Ekonomi Keluarga.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pendidikan sebagai hak asasi individu anak bangsa telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 10 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang. Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa baik orangtua, masyarakat, maupun pemerintah bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan (UU RI No. 2 tahun 2003:37).
Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak juga terganggu. Dampak lain yang dibutuhkan oleh rendahnya ekonomi keluarga adalah anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini akan ikut mengganggu aktivitas belajar anak (Slameto, 1991:66).
Kemapanan ekonomi ini sangat membantu siswa untuk melengkapi sarana dan prasarana belajarnya sehingga proses belajarnya dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu, persoalan ekonomi juga dapat membantu sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar mengajar di sekolah melalui BP-3 maupun SPP siswa.
Persoalan ekonomi merupakan salah satu persoalan sangat penting dalam proses pendidikan formal. Oleh karena itu, bilamana ekonomi seseorang mengalami kesuraman niscaya proses pendidikannya akan terhambat. Bahkan mungkin terjadi proses pendidikannya akan terhenti disebabkan ketidakmampuan ekonomi keluarga membiayai pendidikannya. Sementara biaya pendidikan dewasa ini, kian hari kian meningkat seiring dengan semakin meningkatnya berbagai kebutuhan, termasuk kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, ditambah semakin meningkatnya biaya kebtuhan pokok sehari-hari. Di sisi lain, daya beli masyarakat menjadi tidak terjangkau atau semakin menurun.
Oleh karena itu tidak diragukan bahwa betatapun sulitnya perekonomian, masalah pendidikan bagi anak tetap mendapatkan perhatian dari masing-masing orangtua. Karena mayoritas orangtua murid termasuk orang-orang yang tahu dan mengerti tentang pendidikan, terutama pendidikan terhadap anak. Oleh karena itu mereka di samping bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, juga dituntut menyediakan biaya terhadap pendidikan anak-anaknya. Walaupun diantara mereka terdapat keluarga yang berekonomi pas-pasan (rendah). Dukungan orangtua terhadap anaknya untuk melanjutkan pendidikan seperti yang tampak pada sekolah dasar Perumnas Antang. Di sekolah dasar Perumnas Antang ternyata muridnya ada yang memiliki latar belakang keluarga yang berekonomi lemah, seperti orangtuanya bekerja buruh bangunan dan tukang becak. Pekerjaan tersebut tidak berarti tidak memperoleh penghasilan, namun hasil yang diperoleh tidak memenuhi keperluan hidup rumah tangga mereka, akibatnya pendidikan anak-anak mereka terbengkalai dan bahkan ada yang berhenti. Hal ini terjadi disebabkan oleh semakin tingginya biaya pendidikan dewasa ini, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pada Peguruan Tinggi.
Pendapatan orangtua mereka memang tidak sama perkapitanya, akan tetapi rata-rata penghasilan orangtua mereka minimum Rp. 300.000,-/bulan, bahkan ada yang lebih rendah. Dengan demikian, rata-rata penghasilan orangtua mereka dalam setiap bulannya dapat dikatakan sebagai penghasilan yang sangat sederhana namun ada pula penghasilan orang tua yang sangat rendah sehingga mereka tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rendahnya ekonomi keluarga berdampak pada pemenuhan perlengkapan belajar siswa, misalnya pembelian buku paket, dan kelengkapan lainnya baik di sekolah maupu di lingkungan keluarga siswa. Di samping itu, rendahnya ekonomi keluarga dapat pula berdampak pada kelanjutan pendidikan anak bahkan ada yang sampai putus sekolah dan menjadi anak jalanan. Dedi Supriadi (2004:13) mengemukakan bahwa biaya pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
D. Peranan Ekonomi Keluarga dalam Relevansinya dengan Pendidikan
Upaya perluasan dan persebaran kesempatan bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan dasar menempati prioritas tertinggi dalam perkembangan pendidikan nasional. Hal ini sangat beralasan sebab Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-Garis Besar Haluan Negara telah mengamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pengajaran, pemerintah berupaya untuk memperluas kesempatan pendidikan, baik pendidikan dasar, kejuruan, profesional, melalui jalur sekolah dan jalur luar sekolah (Nanang Fattah, 2002:89). Dipandang dari segi ekonomi dan sosial, maka sistem pendidikan suatu negara adalah alat yang penting untuk melestarikan norma dan meningkatkan keterampilan masyarakat secara berkelanjutan dan mepersiapkan masyarakat tadi bagi kebutuhan pembagunan yang sedang berlangsung (Jusuf Enoch, 1991:167).
Dalam setiap langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada suatu upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan. Dalam upaya mengatasi problem ekonomi, orang harus melakukan pendekatan yang realistis terhadap kehidupan manusia di muka bumi ini. Benar bahwa seseorang mempunyai berbagai kebutuhan ekonomi selama masa hidupnya. Maka tidak perlu membesar-besarkan bahwa hal itu sebagai problem besar dalam kehidupan. Seseorang tidak harus hidup senang sendirian. Oleh karena itu merupakan kesalahan besar baginya dan tidak sesuai kehidupan kita, nilai etik dan moral kita, kebudayaan dan masyarakat, serta landasan ekonomi kita. Namun problema kehidupan yang sulit untuk disembunyikan adalah pendanaan pendidikan. Kebutuhan hidup berupa barang-barang elektronik mungkin saja tertahan untuk dihadirkan di dalam rumah tangga, tetapi biaya pendidikan bagi anak merupakan problema yang sulit disembunyikan. Lanjut tidaknya sang anak dalam menempuh pendidikan baik di sekolah dasar maupun pada jenjang tingkat yang lebih tinggi ditentukan oleh kemampuan ekonomi orangtua. Karena itu, dapat dipastikan bahwa kondisi ekonomi keluarga sangat terkait dan bahkan tidak terpisahkan bagi proses pendidikan anak. Slameto (1991:65) menuturkan bahwa “Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak”.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar berupa ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain, fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai ekonomi yang cukup, tetapi jika keadaan ekonomi keluarga memperihatinkan maka anak akan merasa tersisihkan atau terisolasi oleh teman-temamnya yang berekonomi cukup atau kaya, sehingga belajar anak akan terganggu. Bahkan mungkin karena kondisi ekonomi orangtuanya berada di bawah standar rata-rata, maka anakpun tidak akan memperhatikan kondisi belajarnya sebab ia akan ikut bekerja dan mencari nafkah sebagai pembantu orangtuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja hal ini akan juga menggangu belajar anak. Namun tidak dapat disangkal pula bahwa kemungkinan adanya anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, tetapi justru keadaan yang begitu mereka menjadikannya cambuk untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya, terkadang pula keluarga yang kaya raya orangtua mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoyah-foyah akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut dapat pula menggangu belajar anak bahkan dapat pula menyebabkan anak gagal dalam pendidikan disebabkan kurang perhatiannya orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya.
Oleh karena itu, relevansi antara pendidikan dan ekonomi keluarga sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Cita-cita masa depan seseorang tidak akan tercapai tanpa pendidikan, sedangkan pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dana, sedang dana sangat sulit tercapai tanpa pendidikan. Dengan demikian, antara pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga merupaka suatu lingkaran yang tak berujung serta tak terpisahkan dan saling berkait satu sama lain.
E. Pengaruh Faktor Ekonomi Keluarga Terhadap Pendidikan Anak Sekolah Dasar
Dalam rangka mencapai prestasi belajar anak khususnya di sekolah dasar sudah barang tentu harus ditunjang oleh berbagai sarana dan media belajar terutama dalam rumah tangga. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan belajar anak harus ditunjang oleh kecukupan dan kemantapan ekonomi keluarga. Ekonomi keluarga sangat termasuk salah satu faktor keberhasilan dan kegagalan pendidikan bagi anak.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:83) bahwa “Faktor biaya merupakan faktor faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya”. Misalnya untuk membeli alat-alat, uang sekolah dan biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu, karena keuangan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan anak sehari-hari. Lebih-lebih keluarga untuk dengan banyak anak, maka hal ini akan merasa lebih sulit lagi. Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, di mana tempat belajar itu merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif.
Pembentukan pribadi dan sebagainya. Upaya apapun yang dilakukan oleh para pengelola sekolah dalam rangka menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien jika tidak ditunjang oleh ekonomi keluarga pihak siswa (orangtua siswa), niscaya upaya itu akan sia-sia. Misalnya, lengkapnya media belajar dan sarana mengajar yang dimiliki oleh sebuah sekolah, akan tetapi sarana belajar siswa di rumah kurang memadai, maka mungkin hanya proses mengajar saja yang efektif dan efisien, tetapi proses belajar terutama belajar mandiri di rumah tidak seperti apa yang diharapkan. Paradigma ini menunjukkan bahwa masalah ekonomi dapat mempengaruhi proses belajar mengajar siswa baik di sekolah maupun di rumah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dampak dari krisis global dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sangat berdampak tidak baik terhadap pendidikan. Yaitu dengan semakin beratnya anggaran pendidikan pada per tanggal 16 agustus 2008 sebesar 20% atau bila di uangkan sebesar Rp. 224 triliun. Tapi dengan anggaran sebesar itu rakyat indonesia masih belum bisa menikmati biaya pendidikan tesebut. Dan siapa yang harus disalahkan, dan ujung-ujungnya rakyat indonesia yang harus menanggungnya dengan semakin mahalnya biaya pendidikan. Hanya beberapa persen saja rakyat indonesia yang tegolong mampu untuk membayar biaya pendidikan. Sedangkan yang lainnya tergolong perekonomian rendah yang tidak bisa merasakan pendidikan yang seharusnya itu di tanggung pemerintah.
Disini tugas pemerintah sangat berat, disamping perekonomian indonesia yang sedang dilanda krisis tetapi juga harus membasmi KKN yang membuat pendidikan di Indonesia tambah mahal. Tidak seperti negara lain yang pendidikan itu sangat di utamakan dan di gratiskan. karena dengan pendidikan akan membentuk calon-calon pemimpin bangsa.
B. Solusi Pendidikan Agar Lebih Maju
1. Dengan meningkatkan dan memperbanyak lapangan pekerjaan, karena dengan meningkatnya lapangan pekerjaan berarti secara tak langsung akan menguatkan ekonomi dalam keluarga. Dengan kuatnya perekonomian keluarga maka akan mempunyai daya beli, salah satunya bisa menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Tugas pemerintah adalah dengan banyak menarik investor asing masuk, dengan begitu akan semakin banyak devisa yang masuk dan bisa memperbaiki krisis ekonomi dan global yang terjadi. Dengan cara apa, yaitu dengan menciptakan suasana aman di dalam negeri dan membuat percaya agar para investor asing merasa aman dengan menanamkan sahamnya di indonesia.
3. Membasmi budaya KKN di indonesia, karena pendidikan yang seharusnya gratis tapi pendidikan bagai komoditas perdagangan. Karena dengan anggaran sebegitu besarnya seharusnya rakyat Indonesia seharusnya sudah bisa merasakan pendidikan. Bukan hanya orang kaya saja yang bisa merasakan bangku pendidikan.
4. Dan yang paling penting adalah memperkuat perekonomian di Indonesia. Karena dengan kuatnya perekonomian Indonesia maka akan semakin besar anggaran pendidikan yang akan dikeluarkan. Karena dengan pendidikan akan mencetak calon-calon pemimpin bangsa yang nantinya akan meneruskan perjuangan bangsa ini agar bisa bersaing dengan negara lain.
5. Upaya yang Dilakukan untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga.
Masalah ekonomi merupakan suatu persoalan yang sangat kompleks dan senantiasa menjadi perbincangan di setiap kalangan masyarakat maupun pemerintah. Di satu pihak, ia merupakan suatu upaya yang berhasrat untuk secara langsung meningtkatkan kemakmuran ekonomi rakyat, tapi di pihak lain ia juga memiliki tanggungjawab untuk membangun sistem perekonomian sebagai bagian integral dan upaya peningkatan kemakmuran ekonomi rakyat tersebut. Ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor penentu berhasil tidaknya studi seseorang anak, karena persediaan sarana dan prasarana belajar dapat terpenuhi apabila tingkat perekonomian keluarga cukup memadai. Semakin tinggi taraf ekonomi keluarga seorang anak akan semakin mudah baginya melengkapi segala kebutuhan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah, terutama biaya pendidikan karena semakin tinggi pendidikan semakin yang ditempuh seseorang akan semain tinggi pula biaya yang dibutuhkan.
Berbagai cara yang ditempuh dalam rangka meningkatkan perekonomian keluarga. Antara lain adalah berusaha atau bekerja baik pekerjaannya itu dengan cara berniaga, pegawai swasta ataupun pegawai negeri. Namun yang terpenting adalah usaha yang dilakukan oleh setiap keluarga adalah penghasilan yang mereka peroleh dalam memenuhi kebutuhan pokok dan keperluan pembiayaan pendidikan anak mereka adalah penghasilan yang halal.
Pendanaan pendidikan, walaupun mendapat bantuan dari pemerintah tetapi hal itu jauh dari yang cukup sehingga untuk menjadikan anak sebagai manusia yang berkualitas maka pendidikannya harus dijamin dan didanai. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan baik tujuann yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, baik secara kolektif maupun individual biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Oleh karena itu, pembiayaan pendidikan ini di samping sebagian merupakan tanggungjawab negara, juga menjadi tanggugjawab pihak keluarga. Jadi, peningkatan taraf ekonomi keluarga dengan sendirinya harus diupayakan atau ditingkatkan sehingga keluarga mampu membiayai pendidikan anak (Anwar. M.I., 1991:24).
Usaha-usaha yang dilakukan dalam kerangka meningkatkan taraf perekonomian keluarga antara lain bekerja mencari nafkah, baik pekerjaan itu sebagai pekerja swasta ataupun negeri, berniaga dan sebagainya yang penting pekerjaan atau usaha yang dilakukan adalah halal.
C. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita bersama. Ibarat ”tak ada gading yang tak retak”, tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
1. A.I. Anwar. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar Pendidikan, No. 1 Tahun X, 1991. 28-33.
2. Abu Ahmad, Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Pendidikan.
3. Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Edisi I, Cet. I. Bumi Aksara: Jakarta.
4. Fattah. Nanang. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Rosdakarya: Jakarta.
5. Suara Pembaruan, 11 November 2008
6. http://mohyamin.wordpress.com
7. http://stellar-mindsyst.blogspot.com
8. http://www.scribd.com
9. http://stellar-mindsyst.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar