MAKAM Syeikh Maulana Syamsudin yang terletak di Desa Sugih Waras Pemalang merupakan warisan cagar budaya yang patut dijunjung tinggi serta dijaga kelestariannya. Lalu, apa dan bagaimana kepedulian masyarakat dan Pemerintahan setempat ini?
SEJAK zaman nenek moyang hingga sekarang ini sebagian orang memilih tempat-tempat keramat yang dianggap menyimpan petuah serta karomah seperti makam atau tempat lainnya sabagai sarana untuk lebih merekatkan diri dan jiwa mereka pada Yang Maha Gaib. Dalam hal ini, sebagai bentuk penyatuan antara makhluk dengan Sang Khaliq. Sebab sebagian dari mereka meyakini tempat-tempat tersebut menyimpan banyak petuah serta karomah khusus yang dapat menghantarkan mereka pada gerbang pencerahan baik jasmani maupun rohani. Dan konon apabila mereka mempunyai hajat akan cepat terkabul dengan bantuan doa dari para khadam tempat tersebut atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa.
Makam Syeikh Maulana Syamsudin atau yang lazim disebut dengan Makam Mbah Keramat misalnya. Makam yang terletak di Desa Sugih Waras Pemalang ini pun merupakan salah satu tempat yang menjadi tempat kunjungan bagi para peziarah baik lokal ataupun yang datang dari luar daerah. Seperti halnya tempat-tempat keramat atau tempat-tempat ziarah yang lain, makam Mbah Keramat juga digunakan oleh para pengunjung yang datang ke tempat ini sebagai sarana dzikir dan do'a. Diantaranya berziarah sambil bertawasul, media i'tikaf, sekaligus sebagai sarana rekreasi.
Suasana yang sejuk karena berada di pinggir pantai menjadikan tempat ini nyaman bagi para pengunjung yang sengaja meluangkan waktu mereka untuk singgah disana. Tak heran bila banyak para peziarah yang rela menginap ditempat ini hanya demi mendapatkan ketenangan batin yang mereka inginkan.
Menurut KH Mustajib juru kunci makam, tempat ini banyak dikunjungi oleh para peziarah baik lokal maupun yang datang dari luar daerah yang sengaja meluangkan waktu mereka barang sejenak untuk berziarah dan yang lain yang bernuansa dzikir kepada Tuhan.
"Kalau Bulan Puasa seperti sekarang malah pengunjungnya agak berkurang tidak seperti bulan-bulan lain," katanya.
Meskipun tidak tiap hari atau tiap bulan tempat ini ramai didatangi pengunjung, tapi setidaknya bila selain bulan puasa ada saja yang datang kesana. Puncak keramaian pengunjung menurutnnya adalah di bulan Rajab dan Sya'ban, yakni bulannya para peziarah. Dia pun menambahkan, setiap Jumat terakhir di bulan Sya'ban atau bulan Ruwah diadakan Khaul memperingati wafatnya Syeikh Maulana Syamsudin sekaligus menggelar doa bersama yang dimaksudkan agar semua yang hadir khususnya akan mendapatkan perlindungan baik jasmani atau rohani dari Tuhan Yang Maha Esa.
Mengenai makam ini sendiri tak banyak mendapat respon dari Pemerintah setempat. Seperti yang dituturkan oleh juru kunci makam ini sendiri. Di tempat ini pernah diadakan pemugaran komplek makam, tepatnya di tahun 2000. Ini tidak lain hanyalah berdasarkan atas keprihatinan para peziarah yang merasa kurang nyaman dikarenakan makam tersebut dulunya hanya beratap welit (atap dari daun tebu kering yang dirangkai sedemikian rupa) serta alas yang digunakan untuk tempat duduk para peziarah hanya menggunakan tikar. Dengan alasan tersebut akhirnya pihak pengelola makam mengadakan perbaikan serta pemugaran tempat ini yang dananya hanya mengandalkan sumbangan dari para peziarah dalam kotak amal yang disediakan pengelola makam, juga bantuan dari donatur yang ikut prihatin akan keberadaan dan kondisi tempat itu.
"Atas usulan para tokoh masyarakat yang ditujukan pada Pemda kami mendapat bantuan sebesar Rp 25 juta," tambahnya.
Dana tersebut dipakai untuk pembangunan tempat bermalam bagi para peziarah yang menginap di tempat itu. Sedang pengelolaannya dilaksanakan sendiri oleh pihak Pemda setempat. Usulan tersebut adalah salah satu dari berbagai bentuk kepedulian dari para peziarah yang menganggap kalau tempat itu adalah Pakunya Pemalang. Sebagian kalangan menyebutkan bila tidak ada makam Syeikh Maulana Syamsudin tentu Pemalang akan mendapatkan banyak musibah dan bencana.
SUMUR KERAMAT
Selain makam, tempat ini juga meninggalkan Sumur Keramat yang juga merupakan peninggalan dari Auliya tersebut. Konon Sumur Keramat itupun mengandung banyak karomah bagi para peziarah yang meminumnya atas izin Tuhan. Lalu, bagaimana tanggapan positif dari Pemerintah setempat?
Menurut juru kunci makam, sejauh ini belum ada respon khusus dari Pemerintah akan tempat ini. Dia mengaku pengelolaan makam ini hanya mengandalkan dari banyaknya kas yang masuk dari tangan-tangan donatur yang dengan ikhlas menyumbang demi kelestarian serta pembangunan tempat itu. Dia mengaku sering diusulkan oleh para tokoh yang duduk dalam Pemerintahan.
“Tapi sampai sekarang belum kelihatan hasilnya, ya ngga apa-apa, semua rizki hanya Tuhan yang mengatur, kita cuma manusia yang senantiasa memohon dan memohon, terkabul dan tidaknya tergantung ridho-Nya,” tambahnya.
Namun demikian, dia tetap berharap agar Pemerintah setempat lebih memperhatikan keberadaan tempat tersebut serta mau peduli pada kondisi para pengelola makam tersebut. Sebab ini merupakan salah satu warisan cagar budaya yang patut dijunjung serta dilestarikan.
0 komentar:
Posting Komentar